ReviewSepeda.com | Untuk para pecinta sepeda di seluruh Indonesia, tahukah anda bahwa terkadang kita memang harus menyempatkan diri untuk belajar dari orang lain.
Dan tahukah anda bahwa pada kesempatan ini team dari reviewsepeda.com ingin berbagi inspirasi yang tentunya masih terkait dengan sepeda.
Kali ini kami tertarik untuk mempublikasikan tulisan yang dimuat oleh tribunNews.com [30/3/16] yang memberitakan terkait dengan kesederhanaan tukang sapu jalanan yang justru lebih memilih Sepeda Ontel daripada mobil mewah BMW pemberian anaknya.
Seorang tukang sapu jalanan di Dewan Badaraya Kuala Lumpur menjadi viral karena memiliki gaya hidup sangat sederhana.
Pria yang enggan disebutkan namanya itu menolak naik mobil mewah BMW pemberian anaknya dan lebih memilih naik sepeda ontel tua kesayangannya.
Cerita menakjubkan ini disampaikan oleh Ustaz asal negeri Jiran.
Menurutnya, tukang sapu itu adalah kenalannya yang kini tinggal di flat Sentul.
“Dia tetap naik sepeda. Kawan dia ini sentiasa hina dia, satu flat hina dia,” cerita sang Ustaz.
Tukang sapu itu sebenarnya sudah bisa hidup tenang menikmati hari tuanya.
Dua orang anaknya menjadi dokter dan dua lagi menjadi arsitek.
Saban bulan, keempat anaknya yang sukses itu mengirimkan uang dalam jumlah besar.
Menariknya, uang-uang itu dia sumbangkan untuk anak-anak dan orang tak mampu.
Dia juga membantu mencicil rumah susun tetangganya yang kurang mampu.
“Cuma dia pesan, jangan tinggalkan salat,” tulis sang ustaz.
Tukang sapu itu juga berpesan agar orang-orang yang ditolong itu untuk jujur.
“Dan tukang sapu ini memang tak tergoda dengan kekayaan. Tak tergoda dengan kemewahan hidup. Ustaz, harta bukan milik kita, ustaz.”
Yang membuat ustaz itu terkejut, lelaki itu bercerita baru saja dibelikan mobil BMW seharga Rp 600 juta namun dia menolaknya.
“Ustaz, daripada naik BMW, saya ada sifat sombong, congkak, dan riak. Saya lebih suka naik sepeda ustaz.”
“Sepeda saya tak pernah putus rantainya, tak pernah bocor bannya, begitu gundul ganti.” Demikian dilansir dari Siakapkeli.my
Bagaimana menurut pendapat anda para pecinta sepeda membaca kisah orang tua tersebut diatas?